jaringan yang disembunyikan

[pesawat]........[Milter].......[ekonomi]......[psikologi].......[nutrisi]
[kedokteran]........[Resepmasakan].......[politik].......[sejarah]
[teknik].......[sains].......[Teknologi]......[pertanian].......[Perikanan]
[kelautan].......[tambang].......[job].......[Kesehatan]

...................................................................................................................

(HOME)

21 February, 2009

Mesin Perontok Jagung, Praktis dan Murah

10/12/2008 08:59:30 Nasib petani yang tidak menentu dan harga jual produk yang selalu jatuh disetiap musim panen secara tidak langsung memotivasi Dandung Rudy Hartana ST untuk menciptakan mesin perontok jagung manual. "Mesin ini sengaja kami kemas dalam bentuk yang sederhana dengan harapan semua orang bisa mengoperasikan dan dapat dibawa ke mana-mana termasuk ke sawah. Dengan pertimbangan itu alat ini sengaja kami desain dengan panjang 60 cm, lebar 50 cm dan tinggi 105 cm," kata Dosen STTNas itu pada KR.
Warga Perum WTH Serut, Pengasih Kulonprogo menambahkan, mesin ini dirancang dengan teknologi sederhana untuk membantu petani kecil. Sehingga perawatan dan suku cadang sengaja dipilih yang paling murah dan mudah di dapat. Gigi perontok dirancang untuk menghasilkan jagung terpisah dengan tongkolnya. Konsekuensinya, untuk memudahkan petani ukuran gigi perontok dibuat berbeda-beda dan disesuaikan dengan ukuran tongkol jagung. "Gigi perontok saya buat fleksibel dan mudah diganti. Dengan penggerak manual alat ini bisa dibawa ke ladang sehingga petani bisa membawa pulang jagung pipilan," ujar Dandung.
Mesin perontok jagung manual bisa ditambah dengan penggerak motor listrik. Gigi perontoknya bisa ditambah menjadi empat atau enam buah dan dipakai 2 sampai 3 orang, sehingga kapasitas yang dihasilkan jadi lebih banyak. Karena keunggulan alat ini terletak pada gigi perontok yang menghasilkan jagung terpisah dengan tongkolnya. "Mesin perontok jagung ini saya buat dalam waktu 2 minggu dengan biaya Rp 1 juta. Dalam 1 jam mesin ini bisa menghasilkan 60 Kg jagung pipilan, bahkan jumlah tersebut dapat bertambah jika diganti dengan motor penggerak," tandasnya.
Sebagai anak petani, Dandung merasa terpanggil untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Di antaranya dengan menciptakan alat yang tepat guna dengan harga terjangkau. Keinginan itu muncul karena setiap musim panen tiba, harga jual di pasaran selalu jatuh.
"Dengan disimpan dalam bentuk jagung pipilan selain tahan lama. Harga jual yang dulunya Rp 500 per kilogram bisa naik menjadi Rp 3.000 per kilogram. Mungkin bagi masyarakat yang lain kenaikan itu terlalu kecil, tapi bagi petani sangat berarti," jelasnya.

No comments: